Rabu, Ogos 26, 2009

7 Pintu Neraka

Neraka mempunyai tujuh pintu, untuk masing-masing pintu di huni (sekelompok pendosa yang ditentukan)” (Qs al Hijr :44)

Diriwayatkan dalam Anwar Nu’maniyah dan Biharul Anwar bahwa ketika Jibril turun membawa ayat di atas tadi, Nabi saw memintanya untuk menjelaskan keadaan neraka. Jibril menjawab: Wahai Nabi Allah, sesungguhnya di dalam neraka ada tujuh pintu, jarak antara masing-masing pintu sejauh tujuh puluh tahun, dan setiap pintu lebih panas dari pintu yang lain, nama-nama pintu tersebut adalah:
  1. Hawiyah (arti harfiahnya: jurang), pintu ini untuk kaum munafik dan kafir.
  2. Jahim, pintu ini untuk kaum musyrik yang menyekutukan Allah.
  3. Pintu ketiga untuk kaum sabian (penyembah api).
  4. Lazza, pintu ini untuk setan dan para pengikutnya serta para penyembah api.
  5. Huthamah (menghancurkan hingga berkeping-keping), pintu ini untuk kaum Yahudi.
  6. Sa’ir (arti harfiahnya: api yang menyala-nyala), pintu ini untuk kaum kafir.
  7. Tatkala sampai pada penjelasan pintu yang ketujuh, Jibril terdiam. Nabi saw meminta Jibril untuk menjelaskan pintu yang ketujuh, Jibril pun menjawab: “Pintu ini untuk umatmu yang angkuh”; yang mati tanpa menyesali dosa-dosa mereka.
Lalu, Nabi saw mengangkat kepalanya dan begitu sedih, sampai beliau pengsan. Ketika sedar beliau berkata: Wahai jibril, sesunggguhnya engkau telah menyebabkan kesusahanku dua kali ganda. Benarkah umatku akan masuk Neraka?”

Kemudian Nabi saw mula menangis. Setelah kejadian itu, beliau tidak berbicara dengan sesiapapun selama beberapa hari, dan ketika solat beliau menangis dengan tangisan yang sangat memilukan. Kerana tangisannya ini, semua sahabat turut menangis, kemudian mereka bertanya: “Mengapa beliau begitu bersedih?” Namun beliau tidak menjawab.

Saat itu, Imam Ali r.a sedang pergi melaksanakan satu misi, maka para sahabat pergi menghadap sang wanita cahaya penghulu wanita syurga, Sayyidah Fathimah r.h, mereka mendatangi rumah suci beliau, dan pada saat itu Sayyidah Fatimah r.h sedang mengasah gerinda sambil membaca ayat “Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (al-A’la:17). Para sahabat pun menceritakan keadaan ayahnya (Rasulullah saw). Setelah mendengar semua itu, Sayyidah Fatimah r.h bangkit lalu mengenakan jubahnya (cadur) yang memiliki dua belas tambalan yang dijahit dengan daun pohon kurma. Salman al-Farisi yang hadir bersama orang-orang ini terusik hatinya setelah melihat jubah Sayyidah Fathimah r.h, lalu berkata: ”Aduhai! Sementara putri-putri kaisar dan kisra (penguasa Persia kuno) duduk di atas singgasana emas, putri Nabi ini tidak mempunyai pakaian yang layak untuk dipakai”.
Ketika Sayyidah Fathimah r.h sampai di hadapan sang ayah, Ia melihat keadaannya yang menyedihkan dan juga keadaan para sahabatnya, kemudian ia berkata: “Wahai Ayahanda, Salman terkejut setelah melihat jubahku yang sudah penuh dengan robekan, aku bersumpah, demi tuhan yang telah memilihmu menjadi Nabi, sejak lima tahun lalu kami hanya memiliki satu helai pakaian di rumah kami, pada waktu siang kami memberi makan unta-unta dan pada waktu malam kami beristirahat, anak-anak kami tidur beralaskan kulit dengan daun-daun kering pohon kurma. Nabi berpaling ke arah Salman dan berkata “Apakah engkau memperhatikan dan mengambil pelajaran?”
Sayyidah Fatimah az-Zahra melihat -kerana tangisan yang tidak terhenti- wajah Nabi menjadi pucat dan pipinya menjadi cekung. Sebagaimana yang di ceritakan oleh Kasyfi, bahwa bumi tempat beliau duduk telah menjadi basah dengan air mata. Sayyidah Fatimah r.h berkata kepada ayahnya, semoga hidupku menjadi tebusanmu, “Mengapa Ayahanda menangis?” Nabi saw menjawab, “Ya Fatimah, mengapa aku tidak boleh menangis?, kerana sesungguhnya Jibril telah menyampaikan kepadaKu sebuah ayat yang menggambarkan keadaan neraka. Neraka mempunyai tujuh pintu, dan pintu-pintu itu mempunyai tujuh puluh ribu celah api. Pada setiap celah ada tujuh puluh ribu peti mati dari api, dan setiap peti berisi tujuh puluh ribu jenis azab”.
Ketika Sayyidah Fatimah mendengar semua ini, beliau berseru, “Sesungguhnya orang yang dimasukkan ke dalam api ini pasti menemui ajal”. Setelah mengatakan ini beliau pengsan. Ketika sedar, beliau r.h. berkata, “Wahai yang terbaik dari segala mahluk, siapakah yang patut mendapat azab yang seperti itu?” Nabi saw menjawab, “Umatku yang mengikuti hawa nafsunya dan tidak memelihara solat, dan azab ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan azab-azab yang lain.

Setelah mendengar ucapan ini, setiap sahabat Nabi saw menangis, “Derita perjalanan alam akhirat sangat jauh, sedangkan perbekalan sangat sedikit”. Sementara sebahagian lagi menangis, “Aduhai seandainya ibuku tidak melahirkanku, maka aku tidak akan mendengar tentang azab ini”, Ammar bin Yasir berkata, “Andaikan aku seekor burung, tentu aku tidak akan ditahan (di hari kiamat) untuk di hisab”. Bilal yang tidak hadir di sana datang kepada Salman dan bertanya sebab-sebab duka cita itu, Salman menjawab, “Celakalah engkau dan aku, sesungguhnya kita akan mendapat pakaian dari api, sebagai pengganti dari pakaian katun ini dan kita akan diberi makan dengan zaqqum (pohon beracun di Neraka). Masihkah kita memandang remeh ancaman siksa neraka? Atau biarkan diri kita lalai dan sibuk dengan kesenangan dunia yang sementara ini? sumber
Oleh: Ahmad Fahmi Al-Jufri

Tiada ulasan:

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin

Akhirul Kalam...